hello, guys.... how are you today? hey, it is a holiday. you should happy! you can go with your parents to your grandma's house, maybe or just to take a rest from all your school tasks... hehheheh...
how actually, i don't go to my grandma's house yet. yeah, my family and I always go to my grandma's house on holiday. you should know my grandma's house in the village. it's so cool~ there is a beautiful scenery near my grandma's house. And I always like it. but, I often have a cold there, specially at rainy season. I always feel cold at night and rainy season. but, I always happy there.
unfortunately, until today i can't go there because i have to go to my school to take some practices of Karate and do English Club's activities. I just enjoy this activities although I ever got a bored of this.
but, I always try to keep my spirit and remember this word: "Don't do what you love, but love what you do."
It's a simple word, but give a huge spirit :)
Enjoy your HOLIDAY, guys... Ciao ciao!
noodle's|cup
it is mine~
Sabtu, 29 Juni 2013
Senin, 15 April 2013
Who can make your days will so colorful~
Hello, girls! aha, it is my first journal. kekeke~ I get an inspiration to write my journal from my best friend. I don't know what should I say now. but, I just wanna say thanks to all my friends. because you give me an inspiration and motivation. you make my days more colorful ^^
you give me new experiences that I never did before. for the example, I never ride my motorcycle when there was a heavy rain. it was an amazing experience! yah, although I got a mad from my dad~ but, you should know that I cannot forget that!
beside that, I rarely cried to other people. but, you can make me cried, friends! ah, I remember about that. huhuhu~ but, I was so happy because you believe in me. hmmm... although we often have a different idea, but when you are not in my side, i fell so lonely.
Now, I know what is the real meaning of friend. someone that can make your life more colorful, said or happiness. you will fell this with your friends~ ^^
I love you so much, my friends~~~
you give me new experiences that I never did before. for the example, I never ride my motorcycle when there was a heavy rain. it was an amazing experience! yah, although I got a mad from my dad~ but, you should know that I cannot forget that!
beside that, I rarely cried to other people. but, you can make me cried, friends! ah, I remember about that. huhuhu~ but, I was so happy because you believe in me. hmmm... although we often have a different idea, but when you are not in my side, i fell so lonely.
Now, I know what is the real meaning of friend. someone that can make your life more colorful, said or happiness. you will fell this with your friends~ ^^
I love you so much, my friends~~~
Selasa, 17 Juli 2012
cerpen1
I Need Love
Oleh: vriskha
“Siapa dia? Berani-beraninya dia ngomelin
gue. Gue sebel sama dia!”
“Udahlah, Sen.”
“Kenapa tadi gue gak ngelawannya? Lo pasti
tahu apa yang gue rasakan. Gue sebel denger omelannya! Kalo gue bisa nendang
dia rasanya kaya’ ngebelah atmosfer berlapis-lapis, meluncur bareng paus
akrobatis, dan menuju rasi bintang paling manis. Sayangnya, gue gak bisa
ngelakuin itu karna dia sahabat kita. Kenapa aku dan dia dipertemukan?!” Ucap
Sendy dengan berbagai ekspresi.
“Cukup, Sen. Cukup. Aku udah gak tahan lagi! Bukankah
udah biasa lo sama dia berantem kaya’ gini? Dan pada akhirnya dia, lo, gue
tetep bersahabatkan?”
“Gue sebel setengah mati!” ucap
Sendy dengan mata yang mau keluar.
“Terserahlah apa maumu.” Ujarku
sambil berjalan dibelakangnya.
“Gak asik lo.” Sendy terus berjalan
didepanku. Kami terus berjalan tanpa obrolan. Aku asik sendiri dengan BBku dan
sesekali melihat Sendy yang sedang meratapi nasibnya.
“Fer, gue haus.” ucap Sendy
tiba-tiba.
“Ya ke kantinlah.”
“Gak punya uang.” Dia menghentikan
langkahnya dan memelas kepadaku.
Gue segera memberinya uang tanpa
berkata apapun.
“Lo gak ikut?” tanyanya setelah gue
beri uang.
“Enggak deh. Gue balik ke kelas
dulu aja soalnya ada pr yang belum selesai.” Balasku asal.
“Ya udah.” Sendy berjalan ke kantin
tanpa menoleh.
“Di beri uang aja langsung senang.
Dasar Mrs. Krab.” Gumanku.
Gue, Sendy, Rio sudah lama menjadi
sahabat. Gue dan Sendy adalah saudara. Nyokap Sendy adalah adik nyokapku. Jadi
gak heran kalo aku dan Sendy menjadi sobat. Sedangkan Rio, gak tau dari mana
asalnya. Tiba-tiba aja dia jadi sobat gue. Padahal dia cowok sendiri. Dan
semenjak Rio jadi sahabat gue dan Sendy, tiap hari Sendy kerjanya cuman
berantem sama Rio. Kalo gak berantem gak lengkap kali ya. Tapi anehnya, setelah
berantem mereka jadi akur lagi. Kaya’ Tom
and Jerry, kadang-kadang berantem, kadang-kadang akur. Sungguh terlalu.
Gue segera menuju ke kelas. Dalam perjalanan,
tiba-tiba ada tangan yang menyentuh kepala gue.
“RIO!!!” teriakku kesal dan hampir
memukulnya dengan BB yang ada di tanganku.
“Kok tahu sih?” tanyanya polos
seakan tak berdosa.
“Guekan udah bilang, jangan pernah
sentuh kepala gue!” Gue marah dan memukul pundaknya dengan tanganku, bukan
dengan BBku.
“Jangan beneran dong mukulnya.
Sakit tau.” Ucapnya.
“Biarin. Kalo lo megang kepala gue
lagi, gue gak akan ampunin lo.” Ancamku.
“Oke. Ampun, ampun.” Pintanya.
“Baiklah.” Jawabku sambil menghela
nafas panjang.
“Sendy ada di kantin. Dia habis
marah-marah gara-gara kamu omelin. Untungnya dengan di kasih uang aja dia udah
seneng. Cepet samperin dan jangan buat dia marah lagi. gue udah bosen dengerin
omelannya.” Lanjutku.
“Oke!” Ucapnya sambil memegang kepalaku
dan segera pergi.
“RIO!!!” teriakku.
“Dasar Rio!” Kesalku.
Gue segera ke kelas dan mengerjakan
tugas. Tapi, saat di depan kelas, gue mendengar sesuatu.
“Biarin aja, Ris. Biarin dia pergi.
Banyak yang lebih baik dari dia kok.”
“Iya, Ris. Jangan nangis lagi.”
“Kalian taukan, dia bilang kalo dia
suka sama...”
KRING... KRING... KRING...
“Jangan nangis lagi. Anak-anak
nanti liat kamu nangis.”
“Baiklah.”
“Riska nangis? Kenapa dia? Habis
diputusin Rio?” tanyaku dalam hati.
Anak-anak segera masuk ke kelas. Namun,
gue masih berdiri di samping pintu dan memikirkan apa yang baru aja gue denger
dan gue lihat.
“Fer, lo gak masuk kelas?” tanya
Sendy yang tiba-tiba datang dan gue gak pernah tahu kapan dia datang.
“Iya.”
“Lo udah ngerjain pr?”
“ASTAGA!!! GUE BELUM NGERJAIN
PR!!!” Gue segera berlari ke kelas dengan segala kepanikan stadium lanjut yang
tak bisa ditolong lagi. Dengan sigap, gue ngeluarin buku dari tas gue dan tas
Sendy lalu berkata.
“Gue pinjem buku lo, Sen.”
Namun, keberuntungan gak memihak
gue. Hari yang gue takutin tiba akhirnya. Guru paling killer itu langsung
menuju bangku gue dan merampok buku Sendy. Gue hanya bisa bengong dan berusaha
berkata.
“Bu, itu buku Sendy. Bukan buku
saya.”
Sesegera mungkin, Mrs. Emy
mengembalikan buku Sendy dan mengambil bukuku.
“Fera, sudah berapa kali ibu bilang
kalau mengerjakan pr itu di rumah, bukan di sekolah. Ini bukan yang pertama
kalinya kamu tidak mengerjakan pr. Tapi, sudah berkali-kali. Dan ibu pernah
bilang kalau kamu tidak mengerjakan pr, kamu akan saya hukum untuk tidak
mengikuti pelajaran saya dan berdiri di lapangan. Sekarang, segera lakukan!”
perintah Mrs. Emy setelah mengomel panjang tanpa titik dan koma.
“Saya tadi mau
ngerjain, tapi gak jadi. Besok saya kerjakan tugas di rumah, Bu. Sungguh. Saya
tidak bohong. Jangan sekarang, Bu.” Pintaku memelas.
“Tidak bisa. Besok
tidak ada pelajaran ibu. Sekarang laksanakan!” bentak Mrs. Emy.
“Siap, Kapten.” Jawabku
lesu.
Dengan perasaan campur
aduk, gue langsung berjalan kelapangan diiringi tawa dari temen-temen gue. Kaya’nya
mereka seneng banget ngeliat gue menderita seperti ini. Sebenarnya, gue seneng
gak ikut pelajaran Mrs. Emy. Tapi, gue benci disuruh berdiri di lapangan waktu
matahari lagi terik-teriknya. Bikin kulit item!
Keesokan harinya, seperti biasa gue
sampai di sekolah hampir telat. Pak satpam segera nyuruh gue masuk sebelum
gerbang ditutup.
“Ayo cepat masuk! Gurunya sudah
masuk kelas!” Kata Pak Satpam yang selalu dia katakan di pagi hari.
“Iya, Pak.” Jawab gue lesu. Gue
berjalan dengan lambat kaya’ jaguar yang lagi mencret. Gue hapal banget, Pak
Satpam selalu boong. Katanya, guru udah masuk kelas. Eh, ternyata kata ‘kelas’
diganti jadi ‘zoo’. Betul deh,
gurunya udah masuk zoo (Gurunya mau
ngapain ke kebun binatang? Nyamain wajah? (peace) ^^v).
Waktu gue di depan kelas, gak
seperti biasanya, Riska dateng menghampiri gue. Gue heran. Gue mikir dia mau
ngasih hadiah karena gue udah jadi murid paling terlambat.
“Fera, ini hadiah buat kamu karena
kamu sudah menjadi murid paling terlambat tahun ini. Selamat, ya.”
“Iya, sama-sama”. Jawabku dengan
senyuman yang dibarengi jepretan dari kamera wartawan yang mengantri untuk
mewawancarai kebahagiaan gue menjadi murid tidak teladan selama beberapa
periode ini. Setelah penobatan itu, gue jadi murid paling terkenal se-antero
jagad raya karena status gue sebagai murid paling terlambat. Tapi, itu cuma
khayalan gue.
Riska melangkah semakin dekat.
Tiba-tiba dia menarik tanganku.
“Gue mau ngomong sama lo secara
pribadi.”
Gue hanya diam dan mengikuti
kemanapun yang dia mau. Gue bingung. Gak seperti biasanya Riska mau bicara sama
gue dan secara PRIBADI pula. Sangat mencurigakan.
Dia menghentikan langkahnya dan
melepaskan tanganku di depan... toilet. (=___=’)
“Ris, mau ngapain? Kok di toilet?
Gak ke kantin aja?” Tanyaku heran.
“Hmmm...” Dia hanya diam dan
menundukkan kepalanya.
“Ris?” tanyaku sambil melihat
wajahnya yang sedari tadi ditekuk.
“Fer...” Ucapnya tiba-tiba dan dia
mengulurkan tangannya.
“Selamat ya...” lanjutnya dengan
senyumnya yang manis.
“Hhh...” Gue bingung kenapa dia
memberi selamat ke gue?
“Selamat ya... Gue harap lo bisa
jaga dia baik-baik.” Lanjutnya.
“Tunggu dulu. Apa sih maksud lo?
Gue bener-bener gak ngerti.”
“Gak usah malu kok. Gue ikhlas kalo
lo jadian sama dia.” Lanjutnya. Hal itu semakin membuatku bingung.
“Jadian sama siapa? Kaya’nya ada
yang salah.” Tanyaku sambil menggaruk kepalaku yang gak gatal.
“Bukannya...”
“Kenapa kalian ada di sini? Bel
sudah berbunyi dari tadi.” Tiba-tiba muncul guru yang tak dikenal.
“Maaf. Kami tidak dengar.” Jawabku
dan langsung pergi. Mungkin, guru itu nyangka kalo gue ada masalah sama
pendengaran. Tapi, memang gue gak dengar bel masuk berbunyi.
Gue dan Riska segera ke kelas.
Untunglah, gurunya belum datang. Gue langsung menuju bangku. Sendy mendekat
dengan expresi ingin tahu.
“Ada apa, Fer?” tanyanya sambil
mendekatkan kursinya.
“Nothing.”
“Gak asik lo.” Ucapnya sambil
mengembalikan kursinya ke tempat semula.
Gue hanya diam dan mikir apa yang
sedang terjadi. Kenapa Riska tadi menberi selamat ke gue, terus bilang kalo gue
harus jaga ‘dia’ baik-baik, dan dia ikhlas kalo gue jadian sama ‘dia’.
Sebenarnya ‘dia’ itu siapa? Arrgh~ Kenapa tadi ada guru yang tak dikenal
tiba-tiba muncul? Gue jadi gak tahu alasannya.
Waktu istirahat, Sendy langsung
ngajak gue ke kantin. Di kantin, Sendy tiba-tiba nanya ke gue tentang apa yang
Riska omongin ke gue. Padahal, gue gak ngerti apa yang Riska omongin.
“Fer, Riska tadi ngapain?” Tanya
Sendy dengan menatap mataku.
“Gue juga gak ngerti apa yang dia
omongin.” Jawabku jujur.
“Yah, lo gak asik.” Ucapnya dengan
menunduk lesu seakan-akan kehilangan harapan.
“Biarin!” Balasku.
“Gue juga lagi mikir.” Lanjutku
smabil mengotak-atik BB.
“Kebanyakan mikir lo.” Ucapnya
sambil meneguk es jeruk pesanannya.
“Hai.” Sapa seseorang.
“Hai.” Jawab Sendy.
“Fer.” Sapanya.
Gue mengalihkan tatapan ke arahnya.
“Eh, Rio. Iya.” Balasku dan kembali
menatap Bbku.
“Eh, gue pergi dulu ya.” Lanjutnya
dan dia pergi begitu saja.
“Mau kemana?” Tanyaku sambil
melihat dia pergi.
“Anak itu.” Gumanku.
Rio duduk di depan gue. Dia hanya
diam saja, sedangkan gue asik sendiri dengan BB.
“Lo mau pesen es jeruk lagi? Gue
traktir.” Tanya Rio.
Gue ngeliat dia. Beneran dia mau
menraktir gue? Dengan senang hati gue jawab,
“Boleh. Thanks, ya.”
“Iya.” Jawabnya.
Kami melanjutkan kegiatan masing-masing.
Rio diam dan gue kembali ke BB (lagi). Kami terus begini sampai pesanan datang.
“Hmmm...” Rio tiba-tiba berdehem.
“Fer, gue boleh nanya gak ke lo?”
lanjutnya.
“Boleh.”
“Lo mau gak jadian sama gue?” Gue
kaget. Gue langsung menatapnya. Tiba-tiba jantung gue berdebar keras.
“Maksudmu?”
“Gue suka ke lo.” Jawabnya dengan
senyuman yang membuatnya lebih tampan.
Gue nelen ludah. Gue gak tau harus
jawab apa. Gue kikuk. Gue teringat pada Riska.
“Jadi, karena ini kemarin dia
nangis dan tadi tiba-tiba ngasih selamat ke gue.” Pikirku.
“Lo beneran suka sama gue?”
“Iya.” Jawabnya.
“Gue gak tau harus jawab apa. Gue
bingung.”
“Lo gak usah jawab sekarang.
Pikir-pikir dulu aja.” Pintanya.
Gue jadi pusing tujuh keliling. Gak
tau harus ngapain. Gue jadi inget kata seseorang, kalo lagi dalam keadaan
mendesak, cara yang paling jitu adalah
pura-pura mati, ‘Mati!’. Tapi, kalo pura-pura mati sekarang malah gak
bertanggung jawab banget. Gak jadi deh.
“Apa yang lo suka dari gue? Gue gak
rajin-rajin amat, baik juga gak terlalu, suka terlambat sekolah, dan yang
paling penting gue agak lebay tapi, bukan alay.” Jelas gue untuk meyakinkan dia
kalo dia salah orang.
“Lo itu cantik, pintar, asik diajak
ngobrol, dan baik kok. Yang paling penting lo itu jujur, apa adanya.” Jawabnya
mantap.
Gue tertegun. Dia bisa menjawab
dengan baik. Apa yang harus aku lakukan? Gue jadi inget tentang Riska. Diakan
dulu pacarnya. Dan kemarin dia nangis, berarti baru kemarin dia diputusin Rio.
Tadi dia ngasih selamat ke gue, berarti kemarin Rio bilang ke Riska kalo dia
suka gue. Dan Riska ikhlas kalo gue jadian sama Rio. Gue tau apa yang harus gue
lakukan!
“Baiklah, gue akan ngasih
jawabannya sekarang.” Ucapku mantap.
“Gue mau kita kaya’ dulu. Cuma
sahabatan doang.” Lanjutku. Mendengar hal itu, Rio menjadi lesu.
“Kenapa, Fer? Apa gue kurang baik?”
tanyanya seakan gak terima.
“Lo malah terlalu baik buat gue.”
“Jadi, gue harus lebih jahat sama
lo?” tanyanya polos.
“Bukannya gitu. Lo lebih pantes
sama Riska. Riska itu lebih baik dari gue. Buktinya dia bilang ke gue kalo dia
ikhlas kalo kita jadian. Kalo gue terima lo, gue kaya’ orang yang jahat banget.
Sebagai sahabat, gue nyaranin kalo lo balik sama Riska. Tapi, itu terserah hati
lo. Gimana?” Ucapku panjang lebar sambil menepuk pundaknya agar lebih meyakinkan
dia.
“Oke. Gue pertimbangin dulu. Thanks
atas sarannya.” Jawabnya.
“Iya.”
Gue jadi ngerasa bersalah menolak
dia. Tapi, bagaimana lagi. Gue gak mau ngeliat Riska sedih gara-gara gue. Walaupun
dia ikhlas, seikhlas apapun, tapi gue tetep ngerasa bersalah. Gue kan juga
cewek, walaupun gue belum pernah patah hati, gue tahu apa yang akan dia
rasakan. Lebih baik gue gak punya pacar daripada liat temen gue nangis
gara-gara gue. Gue cuma mau hidup damai sama temen-temen gue. Dan itu yang gue
butuh, cinta dari temen-temen dan sahabat gue. ^^
PS: cerpennya cuma buat iseng-iseng aja. so, maklum kalo agak aneh atau bahkan aneh. hehehe~
comment, please. ^^
Langganan:
Postingan (Atom)